Dunia asuransi seperti sudah menjadi bagian dari kehidupan David John Beynon.
Selama
40 tahun berkarier, pria asal Selandia Baru ini merasa bukan saja
memperoleh pendapatan tinggi, namun juga pengalaman berharga. Bagaimana
gaya dan resepnya dalam mengelola bisnis proteksi di PT Tokio Marine
Life Indonesia ini? Bisnis mewawancarai chief executive officer tersebut
baru-baru ini. Berikut petikannya:
Bagaimana awalnya sehingga Anda tertarik pada bisnis asuransi?
Saya
dahulu seorang guru. Seperti halnya di sini, guru di negara Barat,
sangat dihormati. Saya bisa menafkahi keluarga, membeli rumah, pergi ke
bar pada sore hari, dan liburan di hotel pada akhir pekan. Tapi saya
butuh pekerjaan lain.
Di luar jam kerja sebagai guru, satu-satunya
pekerjaan yang bisa saya dapat saat itu adalah menjadi pengumpul
sampah, dari rumah ke rumah. Memang tukang sampah di sana beda dengan
di sini. Saya kaget setelah mengetahui gaji pertama dari pekerjaan ini.
Gila
ya, saya baru tahu ternyata gaji tukang sampah 50% lebih
besar dibandingkan dengan gaji guru. Saat itu saya punya teman dari
asuransi, dia mengajak saya menjadi agensi. Lebih mengagetkannya lagi,
dalam 1 bulan pertama, saya sudah mendapat gaji 1 tahun sebagai seorang
guru.
Apa rahasianya sehingga bisa mendapat penghasilan sebesar itu?
Saya
merasa tidak sedang melakukan pekerjaan atau pun jualan tetapi membantu
orang membeli. Jangan mencoba menjual sesuatu yang orang lain tidak
butuhkan, tetapi bantu mereka membeli apa yang benar-benar mereka
butuhkan. Saat pertemuan pertama, saya kadang tidak membicarakan produk
sama sekali, yang saya bicarakan adalah daftar kebutuhannya dan apa yang
paling dia butuhkan. Jika dia bilang butuh pendidikan anak, saya akan
tanyakan bagaimana anak-anak Anda, ke mana ingin melanjutkan sekolah?
Jika
ingin ke perguruan tinggi, berapa biayanya, dan saya akan carikan jalan
keluarnya. Saya kemudian kembali lagi menawarkan produknya. Jadi
pertemuan kedua sudah tuntas, sebab saya katakan ini bukan prioritas
saya tetapi prioritas Anda. Saya hanya mencoba membantu apa yang dia
ingin beli, bukan menjual produk kepadanya. Dengan demikian, prosesnya
menjadi nyaman karena saya tidak memaksa dia harus membeli sesuatu,
tetapi mencarikan solusi untuk memenuhi kebutuhanya.
Jadi intinya,
kita harus membantu orang memahami kebutuhan mereka.Oleh karena itu,
saya selalu tekankan untuk tidak memaksa menjual.
Bagaimana Anda mencermati praktiknya saat ini?
Sekitar
90% bisnis masih melakukan cara seperti itu, tetapi kami berbeda dengan
yang lain. Kami bertindak sebagai konsultan yang membantu Anda
mendapatkan yang dibutuhkan.
Dari pengalaman saya selama 1 bulan
pertama menjual, semakin saya berkonsentrasi membantu seseorang
mendapatkan yang dibutuhkan, saya mendapatkan apa yang saya butuhkan.
Jadi makin baik saya membantu orang, semakin tinggi penghasilan saya.
Jika saya hanya berkonsentrasi pada apa yang saya butuhkan, hasilnya
tidak akan terlalu bagus.
Bagaimana Anda mengaplikasikan pengalaman itu ke dalam perusahaan?
Kami
membuat segitiga bisnis, yakni klien, perusahaan, dan distributor.
Dalam hal ini, produk kami harus memberikan keuntungan yang baik bagi
klien,
long term profit bagi perusahaan, dan kompensasi yang
reasonable bagi
distributor/agen. Jika senjang maka tidak bagus, jadi harus seimbang.
Sebelum merekrut agen, kami sudah desain produk seperti ini.
Sebagai contoh, hampir 90% kasus yang terjadi pada produk
unit linked di
negara ini, disebabkan tidak ada alokasi premi untuk investasi pada
tahun pertama. Semua premi tahun pertama Anda akan hangus. Kami
meluncurkan produk
unit linked dengan 20% premi tahun pertama pada investasi.
Mengapa demikian?
Ini
nilai yang bagus bagi klien, tetapi untuk mendapatkan skema itu kami
harus memotong komisi agen dan mereka tidak keberatan. Meski demikian,
agen bisa mendapatkan klien lebih banyak, klien dapat alokasi lebih
besar pada tahun pertama, dan perusahaan mendapatkan keuntungan jangka
panjang. Ketiga pihak itu saling menguntungkan dan terkait.
Lalu
apa upaya Anda untuk masuk ke bisnis asuransi jiwa, apalagi Tokio
Marine selama ini lebih dikenal oleh kalangan industri sebagai
perusahaan asuransi umum?
Tokio Marine Life Indonesia
bisa dikatakan sebagai perusahaan baru. Perusahaan ini terbentuk setelah
kami mengambil alih MAA berikut 60 pekerjanya, kami rekapitalisasi dan
mengubah namanya yang telah disetujui oleh regulator akhir tahun lalu.
Kami rekrut tambahan 50 orang untuk administrasi.
Tantangan yang kami hadapi bukan soal sumber daya manusia atau produk, melainkan
brand awareness. Kami melakukan beberapa hal untuk itu, seperti membangun billboard elektronik di beberapa lokasi.
Kami
mendesain ulang produk dan merekrut banyak agen. Awalnya, kami
menargetkan bisa merekrut 1.000 agen sampai dengan akhir tahun ini,
tetapi sekarang saya yakin bisa merekrut 2.000—3.000 agen.
Tokio Marine terkenal di kalangan industri Jepang di Indonesia. Bagaimana Anda membangun awareness terkait dengan produk baru?
Kalangan
industri sudah mengenal baik untuk produk non-jiwa kami, ada 1.500
perusahaan klien. Mereka tahu nama Tokio Marine tetapi karyawan mereka
belum. Yang penting, kami bukan perusahaan Jepang, kami perusahaan
Indonesia yang beroperasi di Indonesia dengan pemegang saham Jepang.
Dari seluruh 110 karyawan yang bekerja di sini, hanya satu orang Jepang
yang bekerja penuh di manajemen. Untuk membangun
awareness tidak hanya melalui iklan, tetapi bertatap muka secara langsung.
Makin
banyak kami merekrut agen, makin banyak orang yang membicarakan produk
kami. Seperti dicapai oleh Manulife, yang sudah terkenal dari sebelumnya
tidak banyak orang tahu ketika saya pertama masuk. Berdasarkan
pengalaman, 95% produk
life insurance dipahami melalui tatap muka secara langsung, bukan lewat Internet atau iklan.
Apa target Anda untuk bisnis baru ini?
Kami
benar-benar memulai bisnis ini pada Januari 2013, sebab produk asalnya
bermerek MAA. Kami meluncurkan produk baru akhir tahun lalu, sekarang
memang masih kecil. Saat ini kami punya 150
full time agen, ditambah 300 agen sedang proses lisensi sehingga kami akan punya 450 agen, di samping ada produk baru.
Rencana awal, kami menargetkan 12 miliar APE (
annualize premium equivalent) sampai
dengan akhir tahun ini. Namun, target baru kami sekarang 45 miliar APE,
hampir 4 kali lipat dari rencana awal, seiring dengan rekrutmen agen
yang cepat. Kami yakin bisa capai 300 miliar
single premium ,ditambah 15 miliar
regular premium, sehingga totalnya menjadi 45 miliar APE.
Ke depan, apa yang akan Anda andalkan, asuransi jiwa atau umum?
Kami
jual produk berdasarkan delapan kebutuhan finansial, yakni pembiayaan
pendidikan, akumulasi kekayaan, investasi kekayaan, kesehatan
, income replacement, pensiun,
legacy planning, dan
business continuation. Kami punya produk-produk yang men-
cover semua kebutuhan itu.
Pada dasarnya, kami membangun bisnis dengan menjual melalui agen, tetapi akhir tahun ini kami juga bergerak menuju
bank insurance. Saat saya bekerja di Manulife, saya punya 19
bank distribution agreement dan menghasilkan premi triliunan rupiah. Jadi kesempatan besar karena
bank insurance didukung layanan yang baik dari bank.
Pengalaman apa saja yang Anda bawa ke Tokio Marine?
Saya
menjual polis pertama pada 15 Juni 1973. Jadi, pada 15 Juni nanti, saya
sudah 40 tahun di bisnis ini. Selama 40 tahun itu, saya mendapatkan
banyak pengalaman dan nilai perusahaan yang sangat kuat. Ada 10
corporate value ,
tiga nilai yang pertama yakni fokus pada konsumen karena dalam bisnis
ini kami harus memegang teguh janji. Jadi kami harus fokus kepada
kebutuhan konsumen.
Kedua integritas yang menjadi pegangan kokoh Tokio Marine yang beroperasi di 40 negara. Kami punya
tagline: global presence, local focus. Jadi kami bawa
best practice dari
pengalaman 40 tahun saya, pengalaman Jepang dalam IT konsumen, yang
dijalankan oleh orang Indonesia. Ini yang membedakan kami dengan
perusahaan multinasional yang dikendalikan oleh para ekspatriat.
Saya berharap ketika saya meninggalkan Tokio Marine, yang memimpin perusahaan ini adalah orang Indonesia.
Berdasrakan pengalaman, apa beda pasar di Indonesia dengan negara lain?
Tidak
banyak perbedaan, kecuali bahasa. Perbedaan utama antara Asia dan
Barat, adalah masyarakat Asia mengutamakan pendidikan anak-anak. Orang
Asia akan berkorban agar anaknya bisa masuk ke perguruan tinggi dan
mendapatkan pendidikan terbaik, sedangkan di Barat tidak terlalu begitu.
Perbedaan
kedua
adalah orang Asia sangat menghormati orang yang lebih tua, jadi di Asia
kita bisa menemui satu keluarga besar mulai dari cucu, anak, kakek,
bahkan buyut dalam satu rumah. Di Barat, orang tua yang sudah uzur
sering dititipkan di panti jompo. Saya tidak melakukannya, tapi banyak
orang yang melakukan demikian.
Namun, delapan kebutuhan utama
yang diidentifikasi Tokio Marine berlaku di semua negara,seperti Jepang,
Inggris, Australia, Amerika Serikat, di mana saja sama. Di Barat,
pembiayaan pendidikan tidak di nomor satu tetapi mungkin nomor 4 atau 5.
Di Barat yang pertama mungkin
life benefit, saving, investasi
atau kesehatan, baru kemudian pendidikan. Namun, delapan kebutuhan itu
sama tetapi budaya berbeda. Di Inggris , saya datang menemui Anda dan
menjelaskan produk mungkin sekitar 1 jam. Di Filipina, Anda mungkin
butuh lima kali pertemuan, di Indonesia sekitar dua kali pertemuan
terutama untuk membangun kepercayaan. Di Asia lebih pada penjualan
berdasarkan hubungan, sedangkan di Barat lebih sulit dan harus cepat
menyelesaikan bisnis. Namun kebutuhan tetap sama.
Apa yang akan Anda lakukan setelah pensiun?
Saya
senang mengubah hidup orang lain menjadi lebih baik, jadi saya
sebenarnya tidak ingin pensiun. Pekerjaan saya ini kontrak 3 tahun,
sekarang 1 tahun pertama saya. Jadi saya masih punya 2 tahun sebelum
pensiun. Tapi saya tidak mau pensiun, saya mengunjungi istri saya
beberapa pekan lalu di Selandia Baru dan bicara soal masa pensiun.
Dia bilang,
oke
mari bayangkan pada Juni 2015 saya pensiun, Saat minggu sore, lalu apa
yang akan kamu lakukan esoknya? Memasak, main golf? Baiklah. Lalu
bagaimana besoknya dan besoknya lagi, dan seterusnya. Kemudian saya
sadar dan dia juga sadar, saya seharusnya tidak pernah pensiun,
ha- ha-ha.. Setelah perusahaan ini siap dan saya serah terimakan kepada orang lain, saya akan cari pekerjaan baru.
Pewawancara: Hery Lazuardi
Dari berbagai sumber,
Biodata
|
Nama: | David John Beynon |
Tempat/Tgl Lahir: | Wells, Somerset, Inggris, 19 Juni 1950 |
Pendidikan: |
Warwick University- Coventry UK, | 1971 |
Wells Blue School- Wells Somerset UK, | 1968 |
Pengalaman Karier: |
CEO Tokio Marine Life Insurance Indonesia, | sekarang |
CEO Tokio Marine Life Singapore, | 2010 |
CEO/Presdir Manulife Financial Indonesia, | 2006 |
Special Advisor of Temasek Holdings Singapore, | 2004 |
Regional CEO/Vice Chairman John Hancock International SEA, Singapura, | 2001 |
CEO John Hancock Assurance Singapore, | 2000 |
Independent Consultant, Eropa dan AS, | 1996 |
CEO J Rothschild International Assurance, UK, | 1994 |
CEO HSBC Personal Financial Services UK, | 1992 |
Board Director of Sales, Marketing & Distribution Development Allied Dunbar UK | 1989 |
Sales Development Director of Allied Dunbar, UK, | 1988 |
Regional Sales Director Allied Dunbar, UK, | 1985 |
Training Director of Allied Dunbar UK, | 1977 |